Thursday, 28 June 2012

Tanggung Jawab Seorang Pemimpin

Saat ini kita diperhadapkan pada hiruk pikuk ke-pemimpinan. Banyak yang sangat bangga dengan pemimpinnya namun tak sedikit pula yang sudah merasa gerah. Hal ini disebabkan 2 faktor, yakni pertama, soal kinerja pemerintahan yang belum maksimal dan yang kedua adalah sikap atau perilaku pemimpin dalam merespon kritikan. Saya kira kita semua mafhum kalau pemimpin adalah bahagian terpenting dalam kehidupan kita sebab tanpa kepemimmpinan, maka kita pun akan sulit menuju harapan serta tujuan yang dituju. Paling tidak karakter dan jiwa kepemimpinan ada disetiap jiwa kita masing-masing. Dalam bahasa Islam, sebuah hadits menjelaskan bahwa “ kalian semua adalah pemimpin, dan kalian semua bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya”. 

Pemimpin akan selalu berkorelasi dengan tanggung jawab, sebab tanggung jawab itu menjadi domain kuasa terhadap apa yang dipimpinnya. Jika kemudian pemimpin tidak bisa memainkan atau tepatnya memerankan tanggung jawab itu, maka kredibilitas pemimpin tersebut harus di pertanyakan. Dalam artian, tanggung jawab inilah yang menjadi “stempel” atau legitimasi atas kepemimpinan tersebut. 

Terlepas kemudian hasil dari tanggung jawab itu baik atau buruk yang menjadi hal penting adalah pemimpin itu punya sikap, visi, pendirian serta komitmen atas tanggung jawab tersebut. Dan hal yang lumrah jika kemudian pemimpin dicibir sebagai respon perlakuannya atau sikapnya pada tanggung jawab yang diemban tersebut. Seberapa keras pun cibiran itu, pemimpin harus pintar-pintar dan strategi menyikapinya. Bahkan bisa dijadikan sebagai bahan masukan untuk kerja dan juga semangat untuk memperbaiki kinerja. 

Namun jika, kemudian pemimpin meresponnya dengan reaksioner, kelabakan sampai harus diumber didepan publik dengan nada keluh kesah, maka publik pun akan menilainya variatif. Bisa saja ada yang bersimpatik namun juga tidak sedikit yang merasa “aneh-geli” sebab dinilai (juga) diluar kepatutan dan kepantasan seorang pemimpin. Entah apa yang ingin dicapai ketika melakukan hal ni, mungkin membangun image, pencitraan bahwa pemimpin ini (sekarang) sedang difitnah, digoyah dan tak dihormati. Dan tidak akan memperkarakannya secara hukum, meskipun ada penyelesaian jalur hukum. Makanya, kamu harus merasa kasihan melihat pemimpinmu diperlakukan seperti ini. cara membuat pemimpin tersebut “seakan” teraniaya, bisa merebut simpatik. pemimpin yang seperti ini pasti paham betul kondisi sosial-psikologis masyarakatnya. Yaitu cepat merasa kasihan, iba terhadap orang yang teraniaya atau yang tersudutkan. dan jika sudah berperasaan kasihan maka, rasa simpatik terhadap yang merasa di aniaya akan muncul dimana-mana. Gejala ini bisa diraba dan diperikasa di media-media. Mungkin kita masih ingat betul, beberapa tahun silam, salah satu konteks akademi di stasiun TV swasta yang diseleksi lewat polling SMS oleh pemirsa. Maka munculkanlah salah satu peserta konteks bernyanyi tersebut dari kalangan orang miskin, masyarakat pinggiran, orang yang tak berpunya lau kemudian dibesar-besarkan oleh media tersebut. Walhasil, juaralah dia dengan perolehan SMS yang tinggi. Selain dari pada hal ini, reality-reality show dan tentu saja sinetron yang marak cukup mempengaruhi pola pikir dan karakter masyarakat kita. Kondisi seperti ini, menjadikan masyrakat kita lemah terhadap pembentukan daya kritisnya serta minus pembelajaran yang bisa digapai. Maka jadilah masyaraat kita sabar dengan keadaanya sekarang. 

Namun disisi lain juga, mereka bahkan jarang mengeluh. Ketika minyak tanah langka, harga sembako naik, bencana datang silih menghampiri. Mereka tetap sabar menghadapinya dan rasa ibanya juga ikut terpelihara. Tapi juga merupakan kesalahan fatal, sebab pemimpin bukan hanya seorang yang diserahi setumpuk kepercayaan dalam hal melakukan perubahan, akan tetapi yang tidak kalah pentingnya juga adalah pemimpin itu harus jadi panutan atau role of model dan sumber pengetahuan. 

Pemimpin juga punya tanggung jawab untuk membuat bawahan dan masyarakat untuk menjadi cerdas. Pemimpin yang demikian juga malah memperdaya “kelemahan pemahaman” masyarakatnya untuk meraih popularitas dan juga memperpanjang keterbelakangan masyarakatnya. Karena ketika pemimpin mengedepankan sebuah moralitas yang patut dianut maka dengan sendirinya akan banyak berdampak di lapisan masyarakat. 


Tugas Pemimpin Tugas utama seorang pemimpin adalah: 

1. Pemimpin bekerja dengan orang lain : Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk bekerja dengan orang lain, salah satu dengan atasannya, staf, teman sekerja atau atasan lain dalam organjsasi sebaik orang diluar organisasi. 

2. Pemimpin adalah tanggung jawab dan mempertanggungjawabkan (akontabilitas): Seorang pemimpin bertanggungjawab untuk menyusun tugas menjalankan tugas, mengadakan evaluasi, untuk mencapai outcome yang terbaik. Pemimpin bertanggung jawab untuk kesuksesan stafhya tanpa kegagalan. 

3. Pemimpin menyeimbangkan pencapaian tujuan dan prioritas : Proses kepemimpinan dibatasi sumber, jadi pemimpin hanya dapat menyusun tugas dengan mendahulukan prioritas. Dalam upaya pencapaian tujuan pemimpin harus dapat mendelegasikan tugas-tugasnya kepada staf. Kemudian pemimpin harus dapat mengatur waktu secaraefektif,dan menyelesaikan masalah secara efektif. 

4. Pemimpin harus berpikir secara analitis dan konseptual : Seorang pemimpin harus menjadi seorang pemikir yang analitis dan konseptual. Selanjutnya dapat mengidentifikasi masalah dengan akurat. Pemimpin harus dapat menguraikan seluruh pekerjaan menjadf lebih jelas dan kaitannya dengan pekerjaan lain. 

5. Manajer adalah forcing mediator : Konflik selalu terjadi pada setiap tim dan organisasi. Oleh karena itu, pemimpin harus dapat menjadi seorang mediator (penengah). 

6. Pemimpin adalah politisi dan diplomat: Seorang pemimpin harus mampu mengajak dan melakukan kompromi. Sebagai seorang diplomat, seorang pemimpin harus dapat mewakili tim atau organisasinya. 

7. Pemimpin membuat keputusan yang sulit : Seorang pemimpin harus dapat memecahkan masalah. ==SUMBER==
Dari Artikel di atas dapat kita ambil banyak kesimpulan, bahwa untuk menjadi seorang pemimpin itu tidaklah mudah sebab banyak kriteria yang dibutuhkan untuk menjadi seorang pemimpin. Banggalah negara kita bila memiliki pemimpin yang Luar Biasa yang dapat mengangkat Harkat dan Martabat Bangsa serta dapat mensejahterakan Rakyat Indonesia. Sebagai generasi muda hendaklah kita mengerti arti kata Pemimpin sebab kita yang Muda lah yang akan menjadi pemimpin bangsa di Generasi yang akan datang. 

Lalu bagaimanakah sosok seorang pemimpin yang kalian rindukan ?? Apakah Pemimpin yang Tegas ? Jujur ? Adil ?. semoga Negara ini mendapatkan sosok Pemimpin yang Luar Biasa Nantinya.

Saturday, 23 June 2012

PHOBIA

Phobia adalah rasa ketakutan yang berlebihan pada sesuatu hal atau fenomena. Fobia bisa dikatakan dapat menghambat kehidupan orang yang mengidapnya. Bagi sebagian orang, perasaan takut seorang pengidap Fobia sulit dimengerti. Itu sebabnya, pengidap tersebut sering dijadikan bulan bulanan oleh teman sekitarnya. Ada perbedaan "bahasa" antara pengamat fobia dengan seorang pengidap fobia. Pengamat fobia menggunakan bahasa logika sementara seorang pengidap fobia biasanya menggunakan bahasa rasa. Bagi pengamat dirasa lucu jika seseorang berbadan besar, takut dengan hewan kecil seperti kecoak atau tikus. Sementara di bayangan mental seorang pengidap fobia subjek tersebut menjadi benda yang sangat besar, berwarna, sangat menjijikkan ataupun menakutkan.  Kata “phobia” sendiri berasal dari istilah Yunani “phobos” yang berarti lari (fight), takut dan panik (panic-fear), takut hebat (terror). Istilah ini memang dipakai sejak zaman Hippocrates. Walaupun ada ratusan macam phobia tetapi pada dasarnya phobia-phobia tersebut merupakan bagian dari 3 jenis phobia, yang menurut buku DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual for Mental Disorder IV) ketiga jenis phobia itu adalah: 1. Phobia sederhana atau spesifik (Phobia terhadap suatu obyek/keadaan tertentu) seperti pada binatang, tempat tertutup, ketinggian, dan lain lain. 2. Phobia sosial (Phobia terhadap pemaparan situasi sosial) seperti takut jadi pusat perhatian, orang seperti ini senang menghindari tempat-tempat ramai. 3. Phobia kompleks (Phobia terhadap tempat atau situasi ramai dan terbuka misalnya di kendaraan umum/mall) orang seperti ini bisa saja takut keluar rumah. Banyak hal yang membuat seseorang mengidap phobia. Paling sering karena traumatis, terutama yang terjadi dimasa kecil. Phobia terjadi karena pikiran bawah sadar kita salah memberi arti terhadap peristiwa traumatis yang menyebabkan phobia. Bila seseorang yang menderita phobia melihat atau bertemu atau berada pada situasi yang membuatnya takut (phobia), gejalanya adalah sebagai berikut: Jantung berdebar kencang Kesulitan mengatur napas Dada terasa sakit Wajah memerah dan berkeringat Merasa sakit Gemetar Pusing Mulut terasa kering Merasa perlu pergi ke toilet Merasa lemas dan akhirnya pingsan Berikut berdasarkan info yang ku dapat ada beberapa perawatan utama untuk mengatasi fobia, yaitu: a. Terapi berbicara. Perawatan ini seringkali efektif untuk mengatasi berbagai fobia. Jenis terapi bicara yang bisa digunakan adalah: 1. Konseling: konselor biasanya akan mendengarkan permasalahan seseorang, seperti ketakutannya saat berhadapan dengan barang atau situasi yang membuatnya fobia. Setelah itu konselor akan memberikan cara untuk mengatasinya. 2. Psikoterapi: seorang psikoterapis akan menggunakan pendekatan secara mendalam untuk menemukan penyebabnya dan memberi saran bagaimana cara-cara yang bisa dilakukan untuk mengatasinya. 3. Terapi perilaku kognitif (Cognitive Behavioural Therapy/CBT): yaitu suatu konseling yang akan menggali pikiran, perasaan dan perilaku seseorang dalam rangka mengembangkan cara-cara praktif yang efektif untuk melawan fobia. b. Terapi pemaparan diri (Desensitisation). Orang yang mengalami fobia sederhana bisa diobati dengan menggunakan bentuk terapi perilaku yang dikenal dengan terapi pemaparan diri. Terapi ini dilakukan secara bertahap selama periode waktu tertentu dengan melibatkan objek atau situasi yang membuatnya takut. Secara perlahan-lahan seseorang akan mulai merasa tidak cemas atau takut lagi terhadap hal tersebut. Kadang-kadang dikombinasikan dengan pengobatan dan terapi perilaku. c. Menggunakan obat-obatan. Penggunaan obat sebenarnya tidak dianjurkan untuk mengatasi fobia, karena biasanya dengan terapi bicara saja sudah cukup berhasil. Namun, obat-obatan ini dipergunakan untuk mengatasi efek dari fobia seperti cemas yang berlebihan. Terdapat 3 jenis obat yang direkomendasikan untuk mengatasi kecemasan, yaitu: 1. Antidepresan: obat ini sering diresepkan untuk mengurangi rasa cemas, penggunaannya dizinkan untuk mengatasi fobia yang berhubungan dengan sosial (social phobia). 2. Obat penenang: biasanya menggunakan obat yang mengandung turunan benzodiazepines. Obat ini bisa digunakan untuk mengatasi kecemasan yang parah, tapi dosis yang digunakan harus serendah mungkin dan penggunaannya sesingkat mungkin yaitu maksimal 4 minggu. Ini dikarenakan obat tersebut berhubungan efek ketergantungan. 3. Beta-blocker: obat ini biasanya digunakan untuk mengobati masalah yang berhubungan dengan kardiovaskular, seperti masalah jantung dan tekanan darah tinggi (hipertensi). Karena berguna untuk mengurangi kecemasan yang disertai detak jantung tak beraturan. Contoh Phobia Claustrophobia: takut berada di ruang yang sempit Mereka cenderung akan mulai gugup, berkeringat, kehabisan nafas saat berada di ruang yang sempit. Ketakutan yang dialami biasanya cukup parah dan membutuhkan perhatian yang khusus. Mereka tak bisa berada di ruang sempit seperti lift, toilet di pesawat atau kereta api, dan tempat sempit lain. Sebaiknya jika ada orang terdekat Anda yang mengalami hal ini, berikan mereka tempat duduk di dekat jendela saat berada di transportasi publik, ajak dia naik eskalator atau tangga. Claustrophobia (klaustrofobia) terjadi ketika seseorang memiliki rasa takut yang tidak wajar pada ruang sempit atau tertutup. Contoh ruang sempit atau tertutup termasuk ruang bawah tanah, terowongan, atau ruangan tanpa jendela. Beberapa orang dengan claustrophobia mengatakan dinding rasanya seperti mendekat dan menjepit mereka. Claustrophobia juga bisa muncul saat melakukan prosedur medis tertentu yang meniscayakan ruang sempit seperti saat melakukan MRI. Hingga saat ini belum ada obat yang benar-benat efektif untuk mengobati claustrophobia. Namun begitu, ada beberapa jenis perawatan yang bisa mengendalikan kondisi tersebut. 1. Berkonsultasi dengan terapis atau konselor yang berpengalaman menghadapi fobia. Agar tidak perlu mencoba-coba, dapatkan referensi perihal seorang terapis fobia yang bagus. Buat janji bertemu dan evaluasi apakah terapis tersebut cocok dengan Anda. 2. Pertimbangkan melakukan behavior therapy (terapi perilaku). Terapi ini berguna untuk menemukan penyebab fobia sekaligus belajar bagaimana mengatasinya. 3. Mengekspos diri pada situasi yang menyebabkan timbulnya claustrophobia. Hal ini mungkin terdengar aneh, namun sering terpapar pada situasi yang memicu fobia akan membuat seseorang berlatih untuk mengatasi kecemasannya tersebut. Agar latihan lebih efektif, seorang konselor sebaiknya turut mendampingi untuk memberikan saran dan masukan. Konselor juga akan mengajarkan teknik relaksasi dan visualisasi untuk mengendalikan rasa takut. 4. Mengikuti neuro-linguistik programming. Terapi ini adalah sebentuk terapi perilaku. Dalam terapi ini diajarkan bagaimana cara mengurangi kecemasan ketika berada di ruang tertutup. 5. Mengambil obat seperti beta-blocker dan anti-depresan untuk memperlambat detak jantung ketika tingkat kecemasan dan rasa gelisah meningkat akibat claustrophobia.